7 Agustus 2019 menjadi salah satu hari bersejarah bagi Akar Bhumi Indonesia. Iriana Jokowi beserta rombongan lainnya mendatangi Shelter Akar Bhumi Indonesia di Pancur Pelabuhan, Sei Beduk, Kota Batam, Kepulauan Riau. Kehadiran Ibu Negara Republik Indonesia hari itu bertujuan untuk menanam 4.000 bibit bakau di titik yang sudah ditentukan.

Akar Bhumi Indonesia berharap, kehadiran serta peran Iriana Jokowi dalam menanam bibit bakau dapat menumbuhkan kecintaan dan kepedulian masyarakat Batam untuk menjaga dan melestarikan hutan mangrove.

Namun, persoalan lain muncul. Letak Shelter Akar Bhumi Indonesia yang menjorok ke arah  bibir laut merupakan salah satu dari muara aliran sungai di Sei Beduk. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 83.186 jiwa (data BPS Kota Batam, 2017) maka turut pula menghasilkan sampah yang mengalir di daerah aliran sungai (DAS) dan bermuara di sekitar Shelter Akar Bhumi Indonesia.

Mengapa hal ini menjadi masalah? Secara alami, bibit bakau atau propagul akan tumbuh dengan mudah tanpa bantuan manusia. Karena ujung propagul yang sedikit runcing akan langsung menancap ke lumpur sesaat setelah lepas dari ranting pohon. Akan tetapi, kerusakan hutan mangrove oleh tangan manusia disertai polusi di lautan membuat tumbuhan ini sulit untuk tumbuh. Untuk itu diperlukan penyemaian di darat selama beberapa waktu, sebelum akhirnya dipindahkan ke lokasi yang sudah ditentukan.

Langkah-langkah tersebut sebenarnya sudah Akar Bhumi Indonesia lakukan, demikian juga pada saat Iriana Jokowi hadir. 4.000 bibit bakau yang ditanam saat itu telah melalui beberapa proses hingga akhirnya dinyatakan siap dipindahkan ke tanah berlumpur. Tetapi kabar buruk melanda, selang beberapa bulan hampir 100 persen bibit bakau yang ditanam Iriana Jokowi gagal tumbuh. Banyak di antaranya bahkan mati.

Melalui pengamatan secara saksama, kemudian diketahui penyebab matinya bibit bakau itu adalah sampah plastik. Sampah-sampah itu datang mengikuti jadwal pasang air laut. Keberadaannya tidak hanya mengganggu pemandangan, tetapi turut menyeret atau menyenggol bibit bakau yang baru saja ditanam. Akibatnya, akar bibit bakau yang belum cukup kuat bergeser tidak menentu setiap kali pasang surut air terjadi.

Kabar baiknya, bibit-bibit bakau yang gagal bertahan dari terpaan sampah diganti dengan bibit yang baru. Selain itu, Akar Bhumi Indonesia juga telah memasang penghalang sampah dari anyaman bambu agar tidak menganggu proses tumbuh kembang bibit bakau.

Dengan kejadian ini, Akar Bhumi Indonesia menyimpulkan bahwa persoalan sampah –apapun bentuknya, tanpa disadari berdampak bagi makluk hidup lainnya. Untuk itu penggunaan plastik sekali pakai harus dikurangi bahkan dihentikan. Akhir kata, Akar Bhumi Indonesia berterima kasih atas kehadiran Ibu Negara Republik Indonesia, Iriana Jokowi. Yang dengan kehadirannya turun berperan dalam melestarikan dan mengampanyekan pentingnya hutan mangrove bagi makluk hidup. Akar Bhumi Indonesia juga mengucap syukur karena diberi kesempatan untuk membuktikan diri sebagai NGO atau perkumpulan lingkungan hidup yang mampu memadupadankan isu lingkungan berbalut pertunjukkan kolaborasi seni. Hal yang hanya bisa dilakukan dengan seluruh aktivis-aktivis lingkungan, masyarakat sekitar, dan dukungan seniman di Kota Batam.